Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dengan banyak perubahan fisik dan mental. Menurut Diananda (2019), masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan dan kontradiksi di mana pikiran, emosi, dan tindakan remaja mengalami perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, mereka cenderung tidak stabil dalam tindakannya, tetapi mereka selalu ingin mencoba hal baru dan mendapatkan pengakuan atas jati diri mereka seperti orang dewasa.
Menurut Hurlock (Dianningrum & Satwika, 2021), ada sejumlah masalah yang dihadapi oleh generasi muda dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, termasuk masalah individu, masalah yang berkaitan dengan keadaan dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, perasaan, perubahan sosial, tugas dan nilai-nilai, serta masalah wajar., terutama masalah yang muncul sebagai akibat dari perubahan status remaja, seperti kesulitan untuk mendapatkan kebebasan, melakukan kesalahan, atau
Masa Remaja juga waktu ketika seseorang berbaur ke dalam masyarakat (orang dewasa). Ini adalah waktu ketika anak-anak tidak lagi merasa di bawah tingkat yang lebih tua tetapi merasa di tingkat yang sama, setidaknya dalam hal integrasi. Orang dewasa dalam masyarakat memiliki karakteristik yang bermanfaat. Perubahan yang terjadi pada otak remaja memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam interaksi sosial orang dewasa, yang merupakan komponen umum dari tahap perkembangan ini.
Memenuhi kebutuhan manusia tidak pernah berhenti. Namun, kebutuhan setiap orang unik. Ada beberapa orang yang kebutuhannya sudah terpenuhi, tetapi ada juga yang karena berbagai alasan belum. Dengan memenuhi kebutuhan mereka, seseorang pasti akan menjadi optimis; namun, tidak terpenuhinya kebutuhan juga dapat menimbulkan masalah, karena sangat sedikit orang yang berhasil mengatasi kekecewaannya. Kemampuan seseorang untuk menerima kenyataan biasanya juga berperan.
Kesejahteraan psikologis adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Mereka yang memiliki kesehatan mental yang baik diharapkan tidak mengalami masalah atau masalah mental lainnya. Dipercaya bahwa kesejahteraan psikologis yang baik dapat membantu manusia hidup sejahtera, di mana mereka dapat menjadi kuat secara fisik dan rasional, dan menimbulkan rasa bahagia dalam menjalani kehidupan (Kurniasari et al., 2019). Akhtar (Purnami, 2016) berpendapat bahwa kesejahteraan psikologis dapat membantu anak-anak mengurangi perilaku negatif dan kesedihan dan meningkatkan perasaan positif, kepuasan, dan kegembiraan hidup. Anak-anak muda mengalami banyak perubahan fisik, emosi, dan sosial yang sangat penting. Ketidakstabilan dan stres yang berlebihan dapat disebabkan oleh beban sekolah, pertemanan, dan keinginan orang tua. Orang muda yang mengalami perubahan hormonal juga dapat mengalami perubahan pola pikir dan perilaku berpikir berlebihan.
Menurut Awaliyah dan Arruum Listiyandini (2018), penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesadaran diri dapat membantu menjalani hidup yang lebih baik, meningkatkan hubungan positif dengan orang lain, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan fungsi ketahanan tubuh manusia. Studi Baer lainnya (Ayu Dwi Yulistyowati & Ina Savira, 2022) menemukan bahwa mindfulness memiliki korelasi yang signifikan dan positif dengan kesejahteraan psikologis. Salah satu komponen yang memprediksi perkembangan psikologis yang baik adalah tingkat mindfulness (Awaliyah & Arruum Listiyandini, 2018).
Kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan mempertahankan strategi coping yang sehat untuk menanggapi stress adalah penting untuk kesejahteraan psikologis (RĂos-Risqueiz et al., 2018). Ketahanan, juga dikenal sebagai resiliensi, adalah komponen penting dari kesejahteraan psikologis. Resiliensi adalah kemampuan untuk menghadapi tantangan dan mengubahnya menjadi hal yang baik. Resiliensi, proses yang selalu berubah yang membantu seseorang beradaptasi dengan situasi yang merugikan dan penuh tekanan, sangat penting untuk menjaga kesejahteraan psikologis.